Lada Katokkon merupakan salah satu jenis tanaman agribisnis unggulan
spesifik Toraja Utara yang harganya cukup tinggi sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani dan keluarganya,
namun sangat tergantung pada iklim karena pada musim penghujan tanaman
ini buahnya akan berguguran yang disebabkan oleh serangan lalat buah
akibat kelembaban yang cukup tinggi. Oleh karena itu teknologi budidaya
yang baik ini diharapkan dapat membantu petani mengatasi masalah
agribisnis budidaya cabe bakul (Lada Katokkon).
Adapun tahapan pelaksanaan budidaya Lada katokkon meliputi :
a. Seleksi Benih
b. Pesemaian
c. Pengolahan lahan
d. Penanaman
e. Perempelan
f. Perawatan
a. Seleksi Benih
Buah lada Katokkon yang akan digunakan sebagai benih adalah buah yang setidaknya merupakan hasil panen kedua dan mempunyai bentuk permukaan bawah buah yang rata (Tidak Lonjong).
b. Persemaian.
Buah yang telah diseleksi, bijinya dikeluarkan kemudian dijemur/diangin-anginkan selama kurang lebih 7 hari. Proses selanjutnya pada saat pesemaian yaitu merendam benih dalam air panas (Suam-suam kuku) selama kurang lebih 4-6 jam sampai semua benih tenggelam atau berada pada dasar wadah perendaman. Perlakuan selanjutnya yaitu meniriskan benih dan dicampur dengan abu dapur halus dengan perbandingan bibit dan abu + 1 : 10. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses penaburan di tempat pesemaian. Selain itu, juga berfungsi untuk menghindari dari serangan serangga seperti semut.
Pembuatan pesemaian dilakukan dengan menyediakan media semai dari tanah, pupuk organik dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 : 1 .
Setelah media disiapkan kemudian benih ditambur secara merata dan disiram secukupnya. Proses selanjutnya yaitu menutup persemaian dengan menggunakan daun pisang untuk menjaga kelembaban. Daun pisang dilepas setelah benih mulai berkecambah. Penyiraman pesemaian dilakukan setiap pagi atau sore hari tergantung tingkat kelembapan pesemaian agar bibit tumbuh sehat dan optimal.
Setelah bibit berumur kurang lebih 3 minggu atau sudah mempunyai 2 helai daun, bibit kemudian dipindahkan ke media yang lebih besar berupa kokeran 12 x 15 cm. Tempat pembibitan harus dinaungi dengan paranet agar bibit bisa terlindung dari sinar matahari yang terlalu panas atau air hujan. Perawatan bibit di mulai dengan penyiraman yang intensif pagi dan sore hari. Bibit siap dipindahkan setelah berumur setelah berumur ± 3 minggu di kokeran atau 5 minggu setelah semai.
c. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan secara sempurna dilakukan 2 kali menggunakan Sekop dan Cangkul. Pengolahan pertama meliputi pembongkaran tanah dengan menggali sedalam 25 -30 cm kedalam tanah.Setelah pengolahan pertama dilakukan kemudian lahan dibiarkan 1 minggu agar gas-gas yang berbahaya dalam tanah dapat menguap. Pengolahan ke-dua meliputi pembentukan bedengan yang dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk organik sehingga dapat tercampur secara merata dalam tanah. Pembuatan bedengan dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi bedengan 25-30 Cm agar tidak tergenang pada musim hujan, sedangkan panjang bedengan disesuaikan keadaan lahan/lokasi.
Setelah bedengan siap kemudian pemasangan Mulsa Plastik . Pemasangan mulsa plastik sebaiknya dilakukan pada saat terik matahari. Mulsa plastik yang dipasang pada siang hari akan memuai sehingga pemasangan mulsa plastik akan lebih rapat dan tidak ada ruang kosong antara mulsa dan tanah. Hal selanjutnya dibuat lobang tanam dengan jarak tanam 80 Cm x 60 Cm dengan menggunakan pola tanam menyerupai bentuk jajar genjang. Hal ini bertujuan agar tanaman mempunyai ruang tumbuh yang lebih luas. Pelubangan dilakukan dengan menggunakan alat sederhana dari kaleng susu kental manis bekas atau yang seukuran yang diberi tangkai kemudian dimasukkan bara api/arang panas kedalam kaleng.
d. Penanaman.
Bibit sudah dapat di tanam setelah berumur ± 3 minggu di kokeran atau 5 minggu setelah semai . Bibit ditanam kedalam lobang tanam yang telah disiapkan secara tegak lurus dan pangkal tanaman harus rata dengan permukaan mulsa untuk mengurangi serangan hama jangkrik yang biasanya memotong batang tanaman muda. Tanaman kemudian disiram secukupnya agar pertumbuhannya cepat dan sehat. Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat petang hari agar tanaman tidak stres.
e. Pemeliharaan Tanaman
Proses Pemeliharaan tanaman adalah merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya tanaman cabe pada umumnya. Pemeliharaan di mulai sejak pemindahan tanaman ke lahan pertanaman. Pemeliharaan meliputi penyiraman, perempelan tunas, pemupukan dan juga pengendaliaan hama dan penyakit
1. Penyiraman
Dengan penggunaan mulsa plastik, proses penyiraman tanaman lebih berkurang karena kelembapan tanah bisa terjaga. Pada saat tidak turun hujan, penyiraman dapat dilakukan maksimal 3 kali dalam seminggu.
2. Perempelan Tunas
Perempelan Tunas dilakukan saat umur tanaman mulai 4 - 8 minggu di pertanaman. Tunas yang muncul dari ketiak-ketiak daun adalah tunas yang tidak produktif dan akan mengganggu pertumbuhan tanaman secara optimal. Semua tunas samping harus dibuang agar tanaman kokoh dan kuat seperti pada gambar di bawah..
Proses perempelan tunas biasanya dilakukan 3 sampai 4 kali tergantung pertumbuhan tanaman dan akan di hentikan saat terbentuk cabang.
3. Pemupukan tambahan (Susulan)
Sekalipun tanaman cabai sudah dipupuk total namun untuk menghasilkan hasil yang maksimal harus diberikan pemupukan susulan. Teknik pemupukan pada sistem mulsa plastik dilakukan melalui penyemprotan pupuk organik cair melalui daun maupun dengan cara pengecoran pada lubang tanam. Pemupukan susulan pertama dilakukan saat umur tanaman 2 minggu setelah tanam dengan menggunakan limbah cair dari kotoran ternak. Pemupukan selanjutnya melalui penyemprotan dengan menggunakan pupuk organik elang biru. Penyemprotan dilakukan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 2 minggu setelah proses pemupukan pertama.
4. Pengendalian hama dan penyakit
i. Jangkrik
Pada awal pertumbuhan, jangkrik merupakan hama yang sangat meresahkan karena langsung memotong batang tanaman muda sehingga menyebabkan tanaman menjadi mati. Untuk menghindari hal tersebut saat penanaman pangkal tanaman harus rata dengan permukaan mulsa dan gulma yang berada di pinggir mulsa dibiarkan tumbuh sebagai sumber makanan bagi jangkrik agar tanaman tidak diserang. Gulma dicabut setelah tanaman telah kokoh atau berusia 3 minggu dipertanaman.
ii. Kutu Aphid,
Kutu aphid merupakan serangga super kecil (ukurannya 1/32 sampai 1/8 inci). Walaupun kecil, tapi masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Di bagian mulutnya memiliki tindik penghisap. Mereka menyerang daun cabai (dan banyak tanaman budidaya lainnya) dengan cara menghisap cairan dalam daun, terutama pada daun muda dan pucuk. Mereka juga menyerang jaringan batang tanaman yang lunak, "mencuri" nutrisi di dalamnya
Kutu aphid mengeluarkan zat sekresi lengket, berbau manis, yang mengundang ketertarikan semut-semut. Ada hubungan saling menguntungkan antara aphid dan semut (simbiosis mutualisme). Dimana semut memakan zat manis yang disekresikan kutu daun, dan sebagai "balas budi", semut melindungi kutu daun dari pemangsa dan parasit.
Gejala serangan aphid akibat cairan daun yang dihisapnya, menyebabkan daun menjadi melengkung ke atas, keriting (kadang memelintir ke samping), dan belang-belang. Daun seringkali menjadi layu, menguning, dan akhirnya rontok. Kutu aphid memiliki kemampuan berkembang biak sangat cepat, karena selain dapat memperbanyak diri dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa pembuahan. Selain itu kutu aphid merupakan vektor pembawa penyakit.
Untuk pengendaliannya dapat digunakan pestisida berbahan aktif alfa sipermetrin, abamektin dan deltametrin, seperti ASTERKING 15 EC dan ASMEC 36 EC. Selain itu, dapat ditambahkan fungisida seperti Score dalam jumlah yang kecil untuk mencegah munculnya penyakit pada cabe yang disebabkan oleh jamur maupun virus.
iii. Lalat buah
Kehadiran lalat buah ini, dapat menjadi hama perusak tanaman cabai. Buah cabai yang menunggu panen bisa menjadi santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian merusak buah cabai dari dalam.
Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan membuat perangkap dari botol bekas air mineral yang di dalamnya diberi umpan berupa air gula ditambah tomat. Selain itu dapat juga digunakan perangkap kuning seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena umumnya serangga-serangga tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok. Saat serangan lalat buah sudah diatas ambang batas ekonomi dapat digunakan pestisida seperti Klensect 200 EC dengan dosis 1 ml/liter.
Adapun tahapan pelaksanaan budidaya Lada katokkon meliputi :
a. Seleksi Benih
b. Pesemaian
c. Pengolahan lahan
d. Penanaman
e. Perempelan
f. Perawatan
a. Seleksi Benih
Buah lada Katokkon yang akan digunakan sebagai benih adalah buah yang setidaknya merupakan hasil panen kedua dan mempunyai bentuk permukaan bawah buah yang rata (Tidak Lonjong).
b. Persemaian.
Buah yang telah diseleksi, bijinya dikeluarkan kemudian dijemur/diangin-anginkan selama kurang lebih 7 hari. Proses selanjutnya pada saat pesemaian yaitu merendam benih dalam air panas (Suam-suam kuku) selama kurang lebih 4-6 jam sampai semua benih tenggelam atau berada pada dasar wadah perendaman. Perlakuan selanjutnya yaitu meniriskan benih dan dicampur dengan abu dapur halus dengan perbandingan bibit dan abu + 1 : 10. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses penaburan di tempat pesemaian. Selain itu, juga berfungsi untuk menghindari dari serangan serangga seperti semut.
Pembuatan pesemaian dilakukan dengan menyediakan media semai dari tanah, pupuk organik dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 : 1 .
Setelah media disiapkan kemudian benih ditambur secara merata dan disiram secukupnya. Proses selanjutnya yaitu menutup persemaian dengan menggunakan daun pisang untuk menjaga kelembaban. Daun pisang dilepas setelah benih mulai berkecambah. Penyiraman pesemaian dilakukan setiap pagi atau sore hari tergantung tingkat kelembapan pesemaian agar bibit tumbuh sehat dan optimal.
Setelah bibit berumur kurang lebih 3 minggu atau sudah mempunyai 2 helai daun, bibit kemudian dipindahkan ke media yang lebih besar berupa kokeran 12 x 15 cm. Tempat pembibitan harus dinaungi dengan paranet agar bibit bisa terlindung dari sinar matahari yang terlalu panas atau air hujan. Perawatan bibit di mulai dengan penyiraman yang intensif pagi dan sore hari. Bibit siap dipindahkan setelah berumur setelah berumur ± 3 minggu di kokeran atau 5 minggu setelah semai.
c. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan secara sempurna dilakukan 2 kali menggunakan Sekop dan Cangkul. Pengolahan pertama meliputi pembongkaran tanah dengan menggali sedalam 25 -30 cm kedalam tanah.Setelah pengolahan pertama dilakukan kemudian lahan dibiarkan 1 minggu agar gas-gas yang berbahaya dalam tanah dapat menguap. Pengolahan ke-dua meliputi pembentukan bedengan yang dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk organik sehingga dapat tercampur secara merata dalam tanah. Pembuatan bedengan dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi bedengan 25-30 Cm agar tidak tergenang pada musim hujan, sedangkan panjang bedengan disesuaikan keadaan lahan/lokasi.
Setelah bedengan siap kemudian pemasangan Mulsa Plastik . Pemasangan mulsa plastik sebaiknya dilakukan pada saat terik matahari. Mulsa plastik yang dipasang pada siang hari akan memuai sehingga pemasangan mulsa plastik akan lebih rapat dan tidak ada ruang kosong antara mulsa dan tanah. Hal selanjutnya dibuat lobang tanam dengan jarak tanam 80 Cm x 60 Cm dengan menggunakan pola tanam menyerupai bentuk jajar genjang. Hal ini bertujuan agar tanaman mempunyai ruang tumbuh yang lebih luas. Pelubangan dilakukan dengan menggunakan alat sederhana dari kaleng susu kental manis bekas atau yang seukuran yang diberi tangkai kemudian dimasukkan bara api/arang panas kedalam kaleng.
d. Penanaman.
Bibit sudah dapat di tanam setelah berumur ± 3 minggu di kokeran atau 5 minggu setelah semai . Bibit ditanam kedalam lobang tanam yang telah disiapkan secara tegak lurus dan pangkal tanaman harus rata dengan permukaan mulsa untuk mengurangi serangan hama jangkrik yang biasanya memotong batang tanaman muda. Tanaman kemudian disiram secukupnya agar pertumbuhannya cepat dan sehat. Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat petang hari agar tanaman tidak stres.
e. Pemeliharaan Tanaman
Proses Pemeliharaan tanaman adalah merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya tanaman cabe pada umumnya. Pemeliharaan di mulai sejak pemindahan tanaman ke lahan pertanaman. Pemeliharaan meliputi penyiraman, perempelan tunas, pemupukan dan juga pengendaliaan hama dan penyakit
1. Penyiraman
Dengan penggunaan mulsa plastik, proses penyiraman tanaman lebih berkurang karena kelembapan tanah bisa terjaga. Pada saat tidak turun hujan, penyiraman dapat dilakukan maksimal 3 kali dalam seminggu.
2. Perempelan Tunas
Perempelan Tunas dilakukan saat umur tanaman mulai 4 - 8 minggu di pertanaman. Tunas yang muncul dari ketiak-ketiak daun adalah tunas yang tidak produktif dan akan mengganggu pertumbuhan tanaman secara optimal. Semua tunas samping harus dibuang agar tanaman kokoh dan kuat seperti pada gambar di bawah..
Proses perempelan tunas biasanya dilakukan 3 sampai 4 kali tergantung pertumbuhan tanaman dan akan di hentikan saat terbentuk cabang.
3. Pemupukan tambahan (Susulan)
Sekalipun tanaman cabai sudah dipupuk total namun untuk menghasilkan hasil yang maksimal harus diberikan pemupukan susulan. Teknik pemupukan pada sistem mulsa plastik dilakukan melalui penyemprotan pupuk organik cair melalui daun maupun dengan cara pengecoran pada lubang tanam. Pemupukan susulan pertama dilakukan saat umur tanaman 2 minggu setelah tanam dengan menggunakan limbah cair dari kotoran ternak. Pemupukan selanjutnya melalui penyemprotan dengan menggunakan pupuk organik elang biru. Penyemprotan dilakukan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 2 minggu setelah proses pemupukan pertama.
4. Pengendalian hama dan penyakit
i. Jangkrik
Pada awal pertumbuhan, jangkrik merupakan hama yang sangat meresahkan karena langsung memotong batang tanaman muda sehingga menyebabkan tanaman menjadi mati. Untuk menghindari hal tersebut saat penanaman pangkal tanaman harus rata dengan permukaan mulsa dan gulma yang berada di pinggir mulsa dibiarkan tumbuh sebagai sumber makanan bagi jangkrik agar tanaman tidak diserang. Gulma dicabut setelah tanaman telah kokoh atau berusia 3 minggu dipertanaman.
ii. Kutu Aphid,
Kutu aphid merupakan serangga super kecil (ukurannya 1/32 sampai 1/8 inci). Walaupun kecil, tapi masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Di bagian mulutnya memiliki tindik penghisap. Mereka menyerang daun cabai (dan banyak tanaman budidaya lainnya) dengan cara menghisap cairan dalam daun, terutama pada daun muda dan pucuk. Mereka juga menyerang jaringan batang tanaman yang lunak, "mencuri" nutrisi di dalamnya
Kutu aphid mengeluarkan zat sekresi lengket, berbau manis, yang mengundang ketertarikan semut-semut. Ada hubungan saling menguntungkan antara aphid dan semut (simbiosis mutualisme). Dimana semut memakan zat manis yang disekresikan kutu daun, dan sebagai "balas budi", semut melindungi kutu daun dari pemangsa dan parasit.
Gejala serangan aphid akibat cairan daun yang dihisapnya, menyebabkan daun menjadi melengkung ke atas, keriting (kadang memelintir ke samping), dan belang-belang. Daun seringkali menjadi layu, menguning, dan akhirnya rontok. Kutu aphid memiliki kemampuan berkembang biak sangat cepat, karena selain dapat memperbanyak diri dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa pembuahan. Selain itu kutu aphid merupakan vektor pembawa penyakit.
Untuk pengendaliannya dapat digunakan pestisida berbahan aktif alfa sipermetrin, abamektin dan deltametrin, seperti ASTERKING 15 EC dan ASMEC 36 EC. Selain itu, dapat ditambahkan fungisida seperti Score dalam jumlah yang kecil untuk mencegah munculnya penyakit pada cabe yang disebabkan oleh jamur maupun virus.
iii. Lalat buah
Kehadiran lalat buah ini, dapat menjadi hama perusak tanaman cabai. Buah cabai yang menunggu panen bisa menjadi santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian merusak buah cabai dari dalam.
Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan membuat perangkap dari botol bekas air mineral yang di dalamnya diberi umpan berupa air gula ditambah tomat. Selain itu dapat juga digunakan perangkap kuning seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena umumnya serangga-serangga tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok. Saat serangan lalat buah sudah diatas ambang batas ekonomi dapat digunakan pestisida seperti Klensect 200 EC dengan dosis 1 ml/liter.